Nisan Tanpa Nama
Harry Potter kepunyaan JK Rowling
-o0o-
Pemuda berambut hitam acak-acakan itu merapatkan jubahnya. Cuaca dingin sekali dengan tiupan angin yang menyiksa. Matahari sudah sedari pagi tadi cuti, dan membiarkan penghuni bumi—paling tidak penghuni Hogsmeade—tersiksa dengan suhu.
Pemuda tadi melangkah dengan pasti, meniti batu demi batu, menelusuri tanjakan. Ia ingat dulu membawa beban melangkah di sini, dan tali tasnya terasa mengiris-iris bahunya. Oh, ya… itu jaman dulu.. Membawa beban untuk seekor anjing animagi, bekal makanan..
Sekarang, ia sudah dewasa. Dan ia tak membawa beban apapun ke sini.
Kecuali beban hati.
Baru saja ia menengok makam mentor utamanya—The White Tomb—dan sekarang ia akan menengok makam mentornya yang lain. Kalau ia mau disebut mentor. Karena selama hidupnya tak pernah pemuda ini mengaku bahwa orang ini adalah mentornya yang terbaik. Yang terbaik kedua setelah orang yang dimakamkan di White Tomb.
Pemuda itu sampai di rimbunan semak. Ia berhenti. Tiap saat—kapan saja ia sempat—ia menengok kedua makam mentornya itu. Dan makam yang kedua ini selalu dalam keadaan seperti ini. Penuh dengan rimbunan semak. Tak ada yang mengurus.
Sebenarnya, tak ada yang tahu di sini ada sebuah makam.
Ia duduk. Berlutut tepatnya. Dan mulai membersihkan areal makam. Rimbunan semak. Rerumputan. Debu dan lumut yang melekat di batu yang dipergunakan sebagai nisan.
Nisan tanpa nama.
Lalu dia duduk bersila. Hening.
Mengingat lagi tahun-tahun yang lalu. Tahun di mana ia mengalahkan musuh terbesarnya. Dan ia menemukan kenyataan lain.
Kenyataan bahwa selama ini ia selalu dibantu olehnya. Tapi ia sama sekali tidak mau diketahui. Bahkan membiarkan dirinya dibenci.
Kecuali pada saat-saat terakhir, saat ia memandangnya lekat-lekat. Saat mata hitam bertemu dengan mata hijau itu.
Dan membisikkan permintaannya yang pertama, juga yang terakhir.
Ia tak ingin jasa-jasanya diketahui. Ia tak ingin dimakamkan dengan penuh kebesaran. Ia hanya ingin dimakamkan di tempat di mana ia bisa mengawasi Hogwarts dengan sepuasnya.
Harry memakamkannya di bukit di Hogsmeade. Tempat di mana dulu Hagrid bersembunyi. Dari situ ia bebas memandang langsung ke kastil Hogwarts. Dan tersembunyi, tak ada yang tahu kalau di sini ada sebuah makam. Makam dengan nisan tanpa nama.
Seperti di saat dulu. Tak ada yang tahu ia siapa, tak ada yang sadar ia ada. Harry pun tak merasa bahwa ia selalu berada di bawah lindungannya.
Sampai saat ia dimakamkan di sini. Harry baru sadar, bahwa berada di sini, tak melakukan apa-apa, justru adalah hal yang paling menentramkannya.
Karena ia berada di bawah lindungannya.
FIN
0 comments:
Post a Comment