Monday, 10 January 2011

My Devotion For You by second.hand.of.time

My Devotion For You by second.hand.of.time
Link asli ada di sini

Summary: Severus Snape adalah seorang pria dengan banyak keahlian dan kepribadian, tak ada yang tahu yang mana yang sesungguhnya benar-benar dia. Ia juga "diketahui" bermuka dua, mengabdi pada dua sisi, gelap dan terang, tak ada yang tahu pasti di mana ia berdiri. But really, Severus Snape is just someone who is devoted.

Warning: Angst, character death, Non-AU (I guess).

D.U. (Dengan Ucapan): Happy Birthday deaaar Sevvieeeeeee… *dilempar bezoar*. Di ffnet terpublishnya tanggal 8 Januari, tapi di Indonesia sudah tanggal 9 Januari (waktu ini di publish jam 6 pagi) jadi masuk yaa...

Disclaimer: Harry Potter © J.K.R.


My Devotion For You



Bila ada satu hal yang dibanggakan Severus Snape selain kemampuannya membuat ramuan, itu adalah pengabdiannya. Bila ia memusatkan perhatiannya pada suatu hal, maka ia akan melakukannya dan menyelesaikannya. Sifat inilah salah satu faktor yang menyebabkan ia mampu menyelesaikan berbagai macam ramuan—bahkan yang sulit sekalipun—dan menjadi seorang ahli. Bukan hanya karena ia teliti dan bisa menginterpretasikan kalimat-kalimat dalam buku-buku ramuan tua tebal dan berdebu itu, tapi juga karena determinasinya untuk meneruskan apa yang sudah ia mulai, tekadnya untuk menyelesaikan tugasnya.

Determinasinya kebanyakan membawa keberhasilan.

Karena itulah ia merangkul kebiasaan itu—sifat itu dekat-dekat. Dengan mengabdikan diri pada suatu hal yang dikerjakannya, ia tidak akan mudah digoyahkan untuk meninggalkannya tak terselesaikan. Ia mengekstensikannya ke aspek kehidupannya yang lain. Dalam pelajaran (untuk mengerjakan tugas yang kian menumpuk tak ada habisnya setiap malam, untuk menguasai mantra-mantra sulit), kehidupan asrama (untuk mengabaikan ejekan dari Potter tentang rambut berminyaknya—yang tidak bisa dihindari akibat uap ramuan-ramuan yang dibuatnya), politik (untuk menjaga ekspresi tetap kosong meskipun bosan setengah mati mendengarkan Lucius Malfoy berpidato soal Pangeran Kegelapan di Ruang Rekreasi Slytherin), bahkan kehidupan rumahnya (untuk menyembunyikan ekspresi kesakitan ketika ayahnya memukulinya, supaya ibunya tidak terlalu khawatir).

Termasuk cinta.

Seperti dalam banyak aspek, Severus Snape juga memiliki pengabdian yang kuat dalam cinta.

Sayangnya, pengabdian dan determinasinya dalam cinta tidak termasuk dalam kategori "kebanyakan berhasil".


.

Severus mencintainya. Sangat.

Sejak pertama kali Severus melihatnya, walau saat itu ia tak mengerti apa arti degup ekstra jantungnya kala itu, Severus tahu bahwa perasaannya kuat, apapun itu. Ia mengikuti kata hatinya dan setelah mengobservasi beberapa hari, akhirnya ia memberanikan diri untuk bicara pada si pemilik rambut merah apel dengan mata hijau cemerlang.

Akhirnya Severus tahu namanya. Lily Evans.

Betapa senangnya ia telah mengikuti kata hatinya. Lily, sesuai yang diperkirakannya, adalah gadis kecil yang pintar, dan secemerlang mata emeraldnya. Lily juga, meskipun pemberani, namun ia tidak menjahati dan memusuhi Severus, meskipun pakaian Severus kebesaran dan tua. Mereka teman sekarang! Dan Lily juga memiliki bakat, ia seorang penyihir seperti Severus. Severus tidak pernah memiliki teman sebelumnya! Ia tak peduli meskipun setiap kali ia bertemu dengan Lily di taman bermain sepi untuk mendiskusikan tentang dunia sihir, 'Tuney' mendelik tajam lama sekali padanya, entah dari balik jendela, dari balik semak-semak—anak perempuan kerempeng itu suka memata-matai mereka—atau dari sudut lain taman tersebut. Tidak, hal itu tidak akan menggoyahkan Severus, perasaannya pada Lily kuat. Dan Severus tidak akan pernah melepasnya.

Di tahun-tahun berikutnya, seiring bertambahnya usia, Severus semakin mengerti, bahwa perasaannya yang kuat dulu pada si gadis kecil berambut merah, adalah perasaan sayang pada seorang teman, teman yang mau dan berani melindungi dan mempertahankannya, sejak hari pertama mereka di Hogwarts, dan dari teman asrama Gryffindornya sendiri, bahkan. Karena itu Severus akan mengulurkan tangan dengan cara yang sama, Ia tidak akan mendengarkan apapun kata orang-orang, ia tidak akan menghiraukan pertikaian Gryffindor-Slytherin yang melegenda, ia tidak peduli. Yang terpenting adalah ia punya Lily, dan hanya itulah yang ia perlukan.

Di tahun-tahun awal hal itu mudah dilakukan. Severus masihlah "anak seumur jagung" di mata para ular, sehingga tidak terlalu diperhatikan. Severus sendiri sudah mengobservasi rekan-rekan seasramanya, dan sejauh yang ia lihat, tidak ada yang bisa menjadi teman seperti Lily. Rekan, mungkin, tapi tidak teman sejati yang akan saling membantu bahkan ketika tidak ada keuntungan yang nampak untuk diri mereka sendiri. Severus berinteraksi dengan mereka, ya. Tapi tidak hingga menjadi teman. Mereka hanya akan menusuknya dari belakang.

Setiap kali mereka bertanya atau berusaha mempengaruhinya untuk memutuskan pertemanannya dengan Lily, Severus hanya akan mengacuhkan mereka, memasang ekspresi datar-tak-tertarik, atau pada beberapa kesempatan langka—seperti ketika disudutkan senior—ia hanya akan menyeringai jahat. Setelah itu mereka akan meninggalkannya. Mungkin mereka mengira Severus memiliki agenda tersembunyi berteman dengan Lily, atau berniat berteman dengan Lily untuk mengerjainya. Ha, senior-senior bodoh. Seringai itu maksudnya Severus akan mengguna-gunai mereka sampai sebulan ke depan kalau mereka berani mengganggunya dan Lily. Lagipula Severus mengetahui banyak mantra dan kutukan berbahaya, lebih banyak dari kebanyakan siswa tahun kelima. Walaupun mereka tidak tahu itu.

Sayangnya, di tahun-tahun berikutnya Severus mulai dikenali dan dihargai. Profesor Slughorn mengakui bakatnya dalam Ramuan, dan talentanya dalam Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam dan Mantra dan Guna-Guna juga mulai diperhatikan. Di satu sisi Severus senang karena kerja kerasnya mendapat pengakuan. Tapi di sisi lain…

Di tahun-tahun ini pulalah Severus menyadari bahwa ia tidak menganggap Lily hanya sebagai teman.

Ia menyadari bahwa jantungnya selalu berpacu lebih kencang, langkahnya selalu lebih ringan tiap kali ia ke perpustakaan, dan wajahnya lebih cerah.

Hal ini mempersulit keadaan, terutama dengan semakin diakuinya kemampuan Severus sebagai penyihir.

Tapi tidak masalah, Severus akan bisa mengatasinya. Severus memberikan pengabdiannya pada Lily, dan itu miliknya. Hal itu hampir selalu bekerja, dan Severus benar-benar percaya bahwa jika kau benar-benar berdeterminasi untuk melakukan sesuatu, jika kau benar-benar mengabdi pada seseorang, maka semuanya bisa berhasil baik.

Sayangnya, kali ini adalah salah satu contoh langka dimana ia gagal.

Awalnya ia bisa memisahkan kehidupan Slytherinnya dan Lily Evans. Namun lama kelamaan, tekanan dari asramanya yang memiliki standar perilaku sendiri, tekanan dari ejekan-ejekan dan lelucon dari Marauders, terutama Potter, dan bahkan dari sifat Lily yang berani—terlalu berani—membela Severus apabila ia diperlakukan tidak adil; semua hal itu membuat Severus kehilangan kendali.

"Mudblood."

Ia benar-benar tidak seharusnya mengucapkan kata itu.

Sejak saat itu persahabatannya dengan Lily Evans sirna, dan bersamaan dengan itu, kesempatannya untuk meraih hati Lily. Severus hanya bisa memandang dari jauh bagaimana angin membelai tirai maroon itu ketika ia membaca buku di bawah pohon beech, bagaimana jubah Hogwartsnya selalu rapi di kelas paginya, bagaimana kelopak matanya selalu terlihat setengah terbuka ketika membaca buku Ramuan-ramuan Tingkat Lanjut.

Severus juga hanya bisa menyaksikan dari bawah bayangan jendela kastil ketika James Potter melamar Lily Evans.

Hatinya terasa hancur berkeping-keping.

Tapi cintanya, dan pengabdiannya tetap hidup.

Karena itulah akhirnya ia bergabung dengan Pangeran Kegelapan.

.

Rekan-rekannya menyelamatinya, menepuk pundaknya dengan senyum dan seringai lebar. Lucius Malfoy memiringkan kepala sedikit menyalutinya. Mereka mengomentari betapa Severus memilih jalan yang tepat bergabung dengan mereka dan mengabaikan si kotor Darah-Lumpur tak berharga itu. Sebentar lagi, di bawah bendera Pangeran Kegelapan mereka akan memusnahkan semua Darah-Lumpur.

Mereka tidak tahu, satu-satunya tujuan Severus bergabung hanyalah untuk melindungi Lily Evans.

Sejak awal, Severus mengerti bahwa kekuatan Pangeran Kegelapan sangat besar, terbukti dengan disebutnya era saat itu sebagai era terburuk sejak zaman Pangeran Kegelapan sebelum Grindelwald. Karenanya, tidak ada gunanya melawan, dan lebih baik bergabung. Bila Severus memberikan kontribusi yang penting dan hasil yang baik, ia akan menjadi salah satu figur yang diperlukan oleh Pangeran Kegelapan. Dan Pangeran Kegelapan tentunya akan memberinya penghargaan untuk itu.

Karenanya Severus tidak ragu memberitahukan isi Ramalan Trelawney yang didengarnya secara tidak sengaja pada Pangeran Kegelapan.

Ia benar-benar tidak tahu bahwa yang dimaksud dalam ramalan tersebut adalah Harry Potter. Putra dari Lily Evans. Lilynya.

Andaikan ia tahu, oh, andai saja, Severus lebih baik mati seribu kali dibanding melakukan hal itu.

Ia berusaha memperbaikinya, sungguh, ia berusaha. Ia memohon-mohon, bahkan menciumi ujung jubah Pangeran Kegelapan—bukannya ia belum melakukan hal itu dalam setiap pertemuan Pelahap Maut—dan memohon, agar Pangeran Kegelapan sudi melepaskan Lily Evans—dalam pikirannya Lily tidak pernah mengubah nama belakangnya—dan menargetkan pada bayinya saja. Ya, Severus bahkan mengatakan itu, meskipun setelahnya terbersit rasa malu karena ia bahkan berani memikirkan mengajukan membunuh bayi kecil tak berdosa. Tapi Severus mencintai Lily, dan Severus yakin bahwa Pangeran Kegelapan akan memenuhi janjinya.

Tapi nyatanya tidak. Lily Evans dibunuh di Godric Hollow's di malam Halloween tersebut.

Ia merasa hatinya yang sudah berkeping-keping disatukan kembali dengan Reparo, kemudian dihancurkan dengan Reducto menjadi debu.

Beberapa malam kemudian menemukan Severus melakukan pertemuan rahasia dengan Kepala Sekolah Sihir Hogwarts, Albus Dumbledore; pipinya yang pucat berurai air mata.

Entah apa yang dilihat Dumbledore saat itu di wajahnya—mungkin ekspresi kalut di rupanya; mungkin suara setengah histerisnya; atau mungkin mata hitamnya yang berkilat—tapi pria tua itu dengan segera memeluknya, memaafkannya, dengan mudah mempercayainya tanpa setetespun Veritaserum masuk ke kerongkongan Severus, atau satu sentuhanpun ke dalam benaknya. Dan Severus akan membiarkannya, menurunkan begitu saja seluruh benteng Occlumencynya yang dibangunnya dengan susah payah kalau itu yang diminta Dumbledore, hanya untuk menunjukkan betapa ia menyesali tindakannya yang berujung pada kematian Lily.

Maaf dari Dumbledore sebenarnya tidaklah penting untuk Severus, yang lebih penting untuknya adalah bahwa ia memiliki kesempatan untuk menebus kesalahannya. Saat itu Severus memutuskan, ia memang tidak bisa lagi melindungi Lily, namun ia masih bisa melindungi orang yang Lily cintai, putranya. Meskipun ia juga putra James Potter, musuh abadinya.

Severus tersenyum pahit sejenak. Ironi menerpanya, ia teringat bahwa dulu ia memohon-mohon agar Lily dilepaskan dan biar bayinya saja yang dibunuh, dan yang terjadi adalah Lily mengorbankan dirinya untuk melindungi bayinya, dan bayi yang bersangkutan mementalkan Kutukan Kematian yang ditujukan untuknya dan secara tidak sengaja membunuh Pangeran Kegelapan, hanya meninggalkan satu bekas luka kecil di dahinya sebagai memento, disamping fakta bahwa ia masih hidup.

Tapi memangnya apa yang Severus harapkan? Lily, Lilynya yang brilian dan baik hati tentu saja akan melakukan apapun untuk menyelamatkan putranya.

.

Tahun-tahun berikutnya berlalu lambat untuk Severus Snape.

Tentu saja, ia memiliki momen-momen tenang pada akhirnya, atau mungkin lebih tepat disebut momen-momen membosankan. Tapi ia tidak bisa bilang ia mengeluh. Hari-hari mengurung diri di ruang bawah tanah Hogwarts untuk membuat Ramuan bukanlah pekerjaan yang berat atau dibencinya. Itu mengingatkannya pada salah satu dari beberapa hal yang sama-sama dinikmati olehnya dan Lily. Banyak orang mengakui dan mengingat bahwa Lily Evans adalah penyihir yang brilian dalam Sihir dan Guna-Guna, namun hanya sedikit yang tahu bahwa Lily juga seorang yang hebat dalam Ramuan, salah satu alasan Slughorn mengundangnya ke Klub Slug-nya dalam pertemuan pertama, mengabaikan status Muggle-Bornnya.

Severus juga tidak lagi harus berhubungan dengan "rekan-rekannya". Setelah trial dilakukan di Kementrian Sihir, Severus dilepaskan dan dinyatakan tidak bersalah atas kesaksian Dumbledore menyatakan bahwa ia adalah mata-mata untuk mereka, meskipun ia menyandang Tanda Kegelapan di tangannya. Banyak Pelahap-Maut lain yang juga dilepaskan, seperti Lucius Malfoy, misalnya, yang mengklaim bahwa ia di bawah pengaruh Imperius di masa pelayanannya pada Pangeran Kegelapan, walaupun sebenarnya yang terjadi adalah ada emas yang berpindah tangan ke brankas Kementrian, atau mungkin brankas Menteri Sihir sendiri.

Well, ia bebas, namun mereka tidak bisa mengganggunya lagi, karena segera setelah trial Severus direkrut untuk menjadi Professor Ramuan di Hogwarts, tepat di bawah hidung Dumbledore, yang mana tidak berani dikunjungi pada mantan Pelahap-Maut.

Salah satu dari beberapa… aspek yang tidak menguntungkan dari posisi ini hanyalah ia harus menghadapi anak-anak ingusan berotak kosong setiap hari di ruang kelas Ramuannya. Severus sadar bahwa sangat sedikit penyihir yang memiliki kemampuan lebih di Ramuan seperti Lily dan dirinya, tapi tak bisakah mereka tidak meledakkan kuali selama seminggu saja? Sesulit itukah mengikuti instruksi dari buku dan papan tulis? Mengingatnya saja membuat Severus ingin merengut sepanjang hari. Dan itulah tepatnya yang ia lakukan secara konstan.

.

Sepuluh tahun berlalu tanpa banyak kericuhan terjadi.

Awal tahun ajaran datang lagi, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Severus dan guru-guru lain duduk di Meja Tinggi, memandangi melewati lautan siswa Hogwarts, ke anak-anak tahun pertama yang baru saja melintasi Danau Hitam dengan perahu. Kebanyakan dari mereka terlihat gugup, beberapa menggigil, entah kedinginan atau ketakutan. Dan saat itulah mata Severus terpaku pada salah satu di antara mereka.

Dua mata almond hijau cemerlang memandang ke Topi Seleksi dengan sorot penasaran.

Untunglah hampir semua orang di Aula Besar memusatkan perhatiannya pada acara seleksi—berarti ke anak-anak baru—atau ke piring kosong mereka menunggu makanan bermunculan, jadi mereka tidak melihat ekspresi terkejut Severus, yang sedetik kemudian menghilang di balik topeng bosan dan marah seperti biasa. Severus tidak memperhitungkan hal ini. Ia terlalu sibuk mempersiapkan tahun ajaran baru, terutama dengan adanya Batu Bertuah di kastil dan juga Profesor baru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang menurutnya mencurigakan sekaligus membuat perasaannya tidak enak, entah mengapa.

Ia benar-benar lupa bahwa putra Lily Evans, Harry Potter tahun ini masuk Hogwarts.

Tentu saja ia tidak pernah lupa dengan janjinya dulu, mana bisa ia lupa bila setiap hari ia mengulang kenangan akan Lily dalam ingatannya? Hanya kenangan-kenangan itulah yang membuatnya bisa bergerak setiap harinya. Bila ia tidak ingat bahwa Lily akan membencinya kalau ia membuang hidupnya begitu saja—kalau saja sudah tidak ada jalan untuk menebus kesalahan Severus—mungkin Severus sudah meng-Avada Kedavra dirinya sejak lama.

Lihat? Bahkan hingga kini pengabdiannya tak pudar.

Kini ia memiliki kesempatan itu. Tapi bagaimana? Severus dan Dumbledore sudah sepakat bahwa Pangeran Kegelapan tidak benar-benar mati. Severus tidak tahu alasan lengkapnya, tapi ia tahu bahwa Dumbledore pasti memiliki alasan kuat untuk mempercayai itu. Severus sendiri yakin karena ia bisa merasakannya pada Tanda Kegelapannya, entah bagaimana. Dan bila ia bisa merasakannya, maka Pelahap Maut yang lain pun pasti bisa, dan bahkan mungkin saat ini mereka sedang mencari cara untuk membangkitkan kembali Pangeran Kegelapan.

Severus sendiri tidak akan bisa memperlakukan Harry Potter dengan baik, banyak anak-anak Pelahap Maut yang sekarang berada di Slytherin, asrama yang dikepalainya. Severus memutuskan, ia harus memperlakukannya dengan tidak baik, tidak seperti guru-guru lain yang tidak diragukan lagi akan memujanya. Dengan begitu Harry akan memiliki seseorang yang akan membumikannya. Menghindarkannya dari menjadi seorang yang besar kepala. Ya, Severus harus memperlakukannya dengan ketus.

Bukannya hal itu akan sulit. Lagipula kemungkinan besar anak itu sama arogannya dengan James Potter.

Jadi itulah yang dilakukan Severus. Semua orang—bahkan Harry Potter sendiri—akan melihat kebencian yang ditunjukkan Severus Snape padanya, sementara dari belakang Severus diam-diam melindunginya dari semua masalah yang mungkin ditimbulkannya. Anak itu benar-benar biang masalah! Sudah jelas bahwa ia mewarisi sifat-sifat James Potter! Dari rupa, tak diragukan lagi, rambut hitam berantakan, bentuk wajah dan postur tubuh, semuanya milik James Potter. Belum lagi arogansi yang ditunjukkannya. Ia bahkan tidak membaca buku-buku pelajarannya, tidak tahu apa bedanya monkshood dan aconite… Idiot.

Well, pekerjaan Severus jadi semakin mudah saja kalau begitu. Lagipula bersikap kejam sudah menjadi makanan sehari-harinya. Ia tahu murid-murid kebanyakan membencinya, sampai-sampai menjulukinya Si Rambut Berminyak. Hah, itu cuma menunjukkan lebih jauh betapa tidak kompetennya mereka. Tentu saja rambutnya berminyak, Severus meramu setiap hari di ruang bawah tanah yang tertutup, mau tidak mau uap ramuan membuat rambutnya lepek dan terlihat berminyak. Dan mana sempat Severus keramas dua kali sehari hanya karena itu. Toh, tak ada yang ingin dibuatnya terkesan.

Ia juga tahu julukannya yang lain, seperti Kelelawar-Tua-dari-ruang-bawah-tanah. Severus tidak terlalu peduli dengan opini picik macam itu. Ia bahkan bisa dibilang tidak keberatan. Toh dulu juga saat bersekolah di Hogwarts, ia sering menjuluki professor-professornya (dan masih dilakukannya). Lagipula guru yang lain juga mendapat perlakukan yang sama, seperti Minerva McGonagall yang sering dijuluki Kucing Tua—mungkin karena animagus kucingnya, dan perangainya (dan kegalakannya) yang seperti kucing—atau Albus Dumbledore yang pernah didengarnya oleh beberapa siswa dipanggil Kambing Tua—mungkin karena jenggotnya? Atau mungkin tendensinya yang sering menutup sebelah mata (dan telinga) dari hal-hal yang tidak disukainya, seperti kalau Severus protes tentang kelakuan si kembar Weasley (seperti kambing yang mengabaikan sekitarnya dan terus saja mengunyah rumput).

Bagian ketus dan ketidaksukaannya adalah bagian mudah, toh sebagian dari itu tidak dibuat-buat. Tapi mengeluarkan Harry Potter dari keadaan bahaya, itu yang sulit. Anak itu bisa dengan mudah menemui bahaya di manapun. Tahun demi tahun Severus terus saja harus menyelamatkannya. Quirrell-yang-ternyata-ditempeli-Vold-Pangeran Kegelapan, tawanan Azkaban dan Dementor, Manusia-Serigala, Naga dan Turnamen Triwizard, dementor lagi, dan berbagai keadaan lain yang sudah tak terhitung lagi. Anak itu bahkan tidak berusaha menghindar! Ia malah sering melanggar jam malam. Sama seperti ayahnya.

Tapi Severus tak mengeluh. Tak terlalu sering, maksudnya. Oke, mungkin sering, tapi toh Severus tetap menjaganya. Tanpa mendapat bahkan ucapan terima kasih dari orang yang bersangkutan, walaupun ia memang tidak tahu. Tak apa, Severus melakukannya hanya untuk satu alasan, dan Severus tidak akan pernah keberatan melakukan apapun untuk Lily Evans.

.

Pangeran Kegelapan kembali lagi.

Hal ini terjadi pada tahun keempat Harry Potter. Di akhir Tugas Ketiga, Piala yang menjadi tujuan akhir para Juara ternyata adalah portkey, membawa langsung Harry Potter ke pemakaman dimana Pangeran Kegelapan menggunakan darahnya untuk mendapatkan tubuhnya kembali. Nyawa Cedric Diggory ikut melayang dalam insiden itu.

Severus mendesah. Ia sudah tahu bahwa mau tidak mau, cepat atau lambat saat ini pasti akan datang. Ia sudah merasakannya sejak lama pada Tanda Kegelapannya. Sepanjang tahun rasa terbakar di lengannya semakin kuat, bahkan ia sudah berkali-kali memperingatkan hal itu pada Igor Karkaroff. Tapi Kambing Tua itu—lagi-lagi mungkin karena jenggotnya?—tentu saja dengan bodohnya tidak mendengarkannya. Severus bisa memastikan ia akan mendengar berita kematian Karkaroff dalam beberapa hari ke depan.

Dipandanginya tangannya yang kini menggenggam sebuah topeng putih tulang, jubah hitamnya sudah melekat di tubuhnya. Tiga belas tahun… Tiga belas tahun sudah ia absen dari kegiatan terkutuk ini, dan kini ia diharapkan untuk melakukannya lagi, meski untuk sebab yang sedikit berbeda. Meskipun tentu saja Severus sudah tahu bahwa ini akan terjadi, ini yang diharapkan darinya sejak saat ia menyatakan kesetiaannya pada Dumbledore. Tidak, bukan kesetiaan, hanya pengakuan dosa. Kesetiaannya hanya pada satu orang, dan orang itu sudah terbujur kaku, terkubur enam kaki di bawah tanah di pemakaman Godric Hollow. Tapi bahkan dari bawah tanah pun Lily masih bisa mempengaruhinya…

Dengan satu tarikan napas dalam terakhir, Severus menguatkan determinasinya. Dirapatkannya benteng Occlumencynya, dan ditutupinya emosinya. Disiapkannya juga tubuhnya untuk beberapa Kutukan Cruciatus yang pastinya akan ditujukan padanya karena keterlambatannya. Tapi Pangeran Kegelapan akan memaafkannya, terutama apabila Severus mengatakan bahwa selama ini ia memata-matai Dumbledore. Padahal sesungguhnya Severus memata-matai untuk pihak Dumbledore. Ha, siapa sangka, Severus Snape, the greasy bat of the dungeon, adalah agen ganda…

Dikenakannya topeng putih tulangnya menutupi wajah tirusnya.

Semua ini untukmu…

.

Berani benar ia!

Severus melempar satu vial Ramuan terdekat ke lantai—untung itu cuma vial Ramuan yang umum saja, bukan ramuan langka—dan membuat lantai batu itu mendesis berasap. Ia tidak menghiraukannya, meneruskan mondar-mandir di laboratorium bawah tanahnya. Ia terlalu kesal untuk merasa menyesal atas tersia-sianya suatu ramuan tak berarti.

Anak keparat itu memang mirip ayahnya! Walaupun dulu terkadang Severus merasa, mengira bahwa ia mungkin beberapa kali melihat bayangan dari Lily pada putranya—lagipula darimana lagi Harry Potter mendapatkan determinasi dan talentanya dalam Mantra dan Guna-Guna kalau bukan dari Lily?—tapi kini ia yakin, Harry Potter hampir seratus persen ayahnya. Berani benar ia melihat pensieve memori Severus!

Hmph, masih mengharap James Potter adalah seorang pahlawan yang berani? Seperti yang diagung-agungkan si anjing kampungan dan Manusia-Serigala sialan itu?

Bah, kini ia tahu kalau ayahnya adalah seorang keparat! Dan pengecut!

Severus menarik napas dalam yang terasa panas di paru-parunya. Tangannya terkepal erat hingga buku-bukunya memutih. Kenangan dalam pensieve itu adalah kenangan terburuknya. Memori yang ia tidak ingin sampai diketahui oleh siapapun juga. Memang, di memori itu ia dipermalukan dan dikeroyok oleh para Gryffindor, tapi yang lebih menyakitkan, ia melakukan sesuatu yang tak termaafkan…

"Mudblood."

Ia ingin sekali menarik kembali kata tersebut ke dalam mulutnya. Jika ia tidak mengucapkannya di tahun kelimanya, mungkin Lily Evans masih akan menjadi temannya, mungkin ia masih akan ada di sisi Severus, mungkin Severus mempunyai kesempatan untuk mencuri hatinya, mungkin Lily tidak akan mati…

Berbagai kemungkinan yang bisa terjadi membuat kepalanya pusing.

Berandai-andai sama sekali tidak ada gunanya, hanya membuang-buang waktunya dan membuat hatinya semakin berat. Severus mempunyai hal yang lebih penting untuk dikerjakan. Seperti menjaga putra Lily supaya bisa tetap hidup. Walaupun ia begitu mirip dengan James Potter, sama arogannya. Bagaimanapun ia juga tetap bagian dari Lily. Lagipula… bukankah Severus telah melihat sekilas kegalauan di mata hijau cemerlang itu? Kekecewaan, penyesalan?

Tidak penting. Tujuan utamanya sudah jelas sejak awal, yaitu menjaga Harry Potter tetap hidup. Tidak ada perasaan pribadi apapun yang akan menghalangi hal itu. Severus telah, dan akan selalu mengabdi pada tujuan ini, dan bukankah Severus memang ahli dalam hal itu?

.

Matanya membundar membelalak. Bagaimana bisa ia jadi terlibat dalam kekacauan seperti ini?

"Bisa kau ulangi lagi kalimat terakhirmu tadi, Albus?"

Pria berusia seabad lebih itu mendesah dalam. Tangannya yang menghitam bertumpu di pangkuannya, di atas tangannya yang sehat. Severus mengerlingnya sejenak. Souvenir dari rumah Gaunt, indeed. Tapi itu tidak penting, yang penting adalah yang baru saja dikatakan Dumbledore.

"Aku memintamu untuk membunuhku, Severus. Menggantikan Draco Malfoy."

Bibir Severus menipis, hingga hanya nampak sebagai satu garis pucat, menambah tirus wajahnya. Gestur ini sudah merupakan tanda yang jelas bahwa Severus Snape sedang berusaha menahan amarahnya. Bagaimana bisa ia meminta Severus hal seperti ini? Bagaimanapun, meski seringkali Severus kesal dan frustasi ketika menghadapi kerlingan dan binar-binar liar matanya, atau jubah eksentriknya, atau bahkan kacamata bulan separonya yang Severus tahu sebenarnya tidak dibutuhkan oleh si Kepala Sekolah Hogwarts; sefrustasi apapun, Severus mulai menganggap Dumbledore sebagai figur paternal…

"Dengan begitu kau akan bisa memenuhi Sumpah-Tak-Terlanggarmu, dan jiwa Draco Malfoy tidak akan ternodai oleh pembunuhan," lanjut Dumbledore. "Lagipula kau tahu sendiri bahwa waktuku tidak lama lagi. Bisakah kau menganggap ini sebagai kemurahan hati untuk seorang tua dan membebaskannya dari penderitaannya?

Dasar Kambing Tua Tukang Manipulasi!

Tidakkah ia peduli dengan Severus? Memang hal ini akan 'menyelamatkan' jiwa Draco Malfoy, tapi bagaimana dengan jiwa Severus? Tidakkah ia peduli dengan apa akibat pembunuhan itu pada jiwa Severus? Karena Severus sudah pernah membunuh, berkali-kali walaupun terpaksa, jadi ditambah sekali lagi juga tidak apa-apa, begitu?

Selain itu, bagaimana ia bisa melindungi dan menjaga nyawa Harry Potter bila Severus membunuh Dumbledore? Anak itu pasti akan membencinya, lebih dari sebelumnya, dan Severus akan terpaksa melarikan diri dari Hogwarts, jauh dari Harry. Bagaimana bisa ia melindungi Harry bila mereka terpisah sejauh itu dan berada di kubu yang berlawanan? Bagaimana Severus bisa menjaga janjinya pada Lily?

Tangan Severus yang terkepal semakin mengerat, dan bila ia membukanya, ia akan melihat bahwa di telapaknya akan ada tanda-tanda merah berbentuk bulan sabit, tanda bahwa kuku-kukunya sempat melesak ke dalam kulitnya. Kemarahannya terbangun, walaupun Severus sudah meminum Ramuan Penenang sebelum datang ke ruangan ini, seperti yang biasa ia lakukan. Ha, tentu saja Dumbledore tidak peduli pada Severus, yang penting hanyalah rencana-rencananya, seperti biasa, begitu kan?

"Satu hal lagi, Severus," kalimat pelan yang keluar dari mulut Dumbledore menarik perhatian Severus dari amukan batinnya. "Seperti yang sudah kita yakini, Voldemort membuat tujuh Horcrux, dan setelah kuselidiki, aku hampir yakin bahwa di malam kematian Voldemort, saat ia meluncurkan Kutukan Kematian pada Harry, sebagian dari jiwanya melekat pada Harry, menjadikannya Horcrux yang ketujuh. Karena itu Severus, Harry harus mati—"

Kemarahannya tak terbendung lagi. Ia bahkan tak peduli kalau jeritannya terdengar seperti lolongan banshee.

"BISA-BISANYA KAU, ALBUS!"

.

Tangan yang kekuningan itu—ternodai oleh seringnya ia memotong-motong dan menyiapkan bahan-bahan untuk Ramuan—bertumpu di lututnya, telapaknya menyembunyikan wajahnya yang ia yakin pasti menampakkan ekspresi kalut atau setengah gila. Duduknya, tidak seperti biasa, membungkuk seperti pria tua yang sudah terlalu lama menanggung beban hidup. Mungkin beban Severus memang terlalu berat dan sudah hampir tidak sanggup lagi untuk ditanggungnya.

Tapi ia sudah melakukannya.

Semalam ia baru saja membunuh Dumbledore. Dengan suara yang dingin ia mengucapkan Kutukan Kematian.

Itu yang diinginkannya bukan? Severus sudah membebaskan satu pria tua dari penderitaannya, dan menghindarkan seorang laki-laki muda dari menodai jiwanya dengan pembunuhan, dan sebagai gantinya jiwa Severus yang terasa dicabik-cabik. Betapa mahal harga yang harus dibayar Severus untuk menebus dosanya…

Tapi melakukan sesuatu untuk Lily tak pernah menjadi beban untuk Severus…

Paling tidak Harry Potter masih hidup saat ini, meskipun Severus tidak tahu ia sedang melakukan apa saat ini. Mungkin bersiap-siap pergi mencari Horcrux seperti yang diperintahkan Dumbledore. Ia jelas tidak bisa kembali ke kastil. Hogwarts sudah jelas sudah tidak aman lagi. Dan sebentar lagi Severus juga akan mengungkapkan tanggal kepindahannya dari Privet Drive pada Pangeran Kegelapan, membuat tempat itu juga tidak aman lagi untuknya.

Ia merasakan tangannya dijalari sensasi terbakar. Tanda Kegelapannya memanas, menandakan sudah waktunya untuk pertemuan Pelahap-Maut. Ia bangkit dari kursinya, meraih topeng putih tulang dengan satu tangan, dan tangan yang lain meraih kasar tangan Draco Malfoy, yang ekspresinya tak kalah kalut dengan Severus, mungkin masih memikirkan betapa beberapa jam yang lalu ia hampir mencabut nyawa manusia lain…

Severus menyembunyikan raut mukanya di balik topeng ekspresi dinginnya, sebelum ia memasang topeng Pelahap-Mautnya. Diambilnya sejumput bubuk hijau—seperti mata Lily, pikirnya hampa—dari atas perapian, dan dilempanya ke perapian yang segera dihuni oleh api kehijauan yang menari-nari. Sambil memasukkan satu kakinya ke dalam api, Severus berseru,

"Malfoy Manor!"

.

Udara di Hutan Dean saat itu cukup dingin, namun Severus tidak bergerak sedikitpun dari tempat persembunyiannya di balik salah satu pepohonan dan Mantra Penyamaran. Ia memperhatikan laki-laki muda yang tampak kesal dan marah, berdiri agak jauh darinya, tak sadar akan keberadaan Severus. Di genggamannya tergantung liontin bersimbolkan 'S' bertatahkan emerald. Kalung Slytherin.

Severus menutup matanya sejenak, dahinya mengernyit; setengah oleh konsentrasi, setengah oleh luka hati yang kembali timbul karena apa yang akan dilakukannya. Namun beberapa saat kemudian ia merasakan kebahagiaan yang jarang dirasakannya memenuhi dadanya, dan ia berbisik,

"Expecto Patronum!"

Napas Severus tercekat.

Kabut keperakan menyilaukan memburu keluar dari ujung tongkatnya, dan dalam sekejap membentuk rupa seekor rusa betina.

Si rusa perak berjalan enggan ke arah si laki-laki muda, hampir malu-malu. Lalu sesaat kemudian ia hampir melompat ringan, mengagetkan si laki-laki muda dengan energinya, dan ia berbalik menghadap ke arah rusa itu datang. Dan ke arah Severus.

Mata emerald berkabut memandang hampir terpesona pada si rusa betina. Seperti Severus yang memandang ke kedua permata hijau dengan hampir terpesona, kelegaan menyapunya karena ia bisa memandang mata itu lagi, namun kerinduan juga menerpanya karena mata itu bukan mata yang sama, bukan mata yang benar-benar ingin dilihatnya.

Harry Potter, si laki-laki muda akhirnya mengawasi si rusa betina dengan waspada, tapi akhirnya mengikutinya, ke danau di mana Severus sudah menanamkan pedang Gryffindor. Severus memaksakan diri untuk mengalihkan perhatiannya sejenak, membiarkan kebahagiaan sekali lagi menyelimutinya dan pikirannya, dan menciptakan satu lagi rusa betina ke mana salah satu dari Trio Gryffindor berada, setelah Horcruxnya dihancurkan tentunya mereka tidak punya alasan lagi untuk bertikai.

Rasanya sudah cukup untuk hari ini. Severus sudah melihat Harry Potter masih hidup, sama seperti selama berbulan-bulan yang lalu, ketika Severus ber-Apparate ke berbagai tempat di manapun Harry Potter berkemah. Siapa yang sangka Dumbledore memasang Mantra Pelacak pada snitch yang diwariskannya pada Harry? Yang jelas, tugas Severus sudah selesai, paling tidak untuk hari ini.

Ia menelan ludah, dan sedetik kemudian ia menghilang dari Hutan Dean.

.

Bulan-bulan selama setahun ini adalah bulan-bulan paling menegangkan dalam kehidupan Severus. Bahkan lebih parah daripada di Era Kegelapan pertama saat Pangeran Kegelapan berjaya dulu. Tugasnya sangat banyak, ia harus memastikan ia berada dalam sisi baik Pangeran Kegelapan, tapi juga memastikan siswa-siswa di Hogwarts tidak ada yang terluka lebih dari minimal. Tugas yang sulit, tapi dengan kata-kata dan sikap yang tepat hal itu bisa diwujudkan. Seperti yang pasti diinginkan Dumbledore. Tapi tugas utamanya lebih berat.

Melacak Harry Potter tanpa diketahui Pangeran Kegelapan bisa dibilang hampir mustahil, tapi Severus ekstra hati-hati sehingga ia bisa melakukannya. Ia harus memikirkan alasan yang valid kenapa ia harus ber-Apparate keluar dari sekolah beberapa kali. Ia tidak bisa melakukannya terlalu sering, dan hanya sebentar, karena, memangnya berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk mengambil pesanan bahan ramuan langka?

Keadaan seakan berubah ke arah yang lebih buruk. Hogwarts sudah dikepung, hampir terjadi pertumpahan darah antara Pelahap Maut dan penghuni Hogwarts. Paling tidak sepertinya Harry sudah berhasil menghancurkan hampir semua Horcrux, dan yang tersisa hanya tinggal Nagini, dan dirinya sendiri… Severus tidak tahu bagaimana ia akan melakukan itu, tapi Severus yakin ia akan menemukan jalannya.

Tanda Kegelapannya memanas, dan Severus hampir mengernyit bila saja ia tidak memiliki kontrol atas ekspresinya yang terlatih bertahun-tahun. Suatu impresi yang ditanamkan ke benaknya memberitahunya bahwa Pangeran Kegelapan menunggunya di Gubuk Menjerit, entah apa yang diinginkannya.

Sejenak Severus bergidik, rencana Pangeran Kegelapan tidak pernah berakhir baik untuknya. Ia tetap harus pergi, namun bukan berarti ia harus pergi tanpa persiapan. Ia sudah menyiapkan suatu mekanisme supaya perannya dalam perang ini jelas, supaya suatu saat Harry akan melihatnya, dan mungkin bisa memaafkannya atas perilakunya selama ini. Dan dengan begitu mungkin Lily akan memaafkannya juga…

Jubahnya berkibar ketika Severus berderap melangkah menuju Gubuk Menjerit, dan meskipun ia tidak mengetahuinya, menuju kematiannya…

.

No one can say Severus Snape does something half-heartedly.

When he'd focused his attention to something, then he would devote himself fully to that cause. He'd decided to love Lily Evans, and never stopped in loving her. Even when hatred, disappointment, and then death tore them apart, he still devoted to her.

If that's not what we called as devotion, then he doesn't know anymore what devotion is.

All in all, he's a total failure in his devotion to get Lily Evans.

But at least, in a way he's succeed in his devotion to love her, and to fulfill the oath he made to her. To protect her son. Even if he had to pay it with his life. But he doesn't regret it, not one bit.

Time flies by, and so his life. But he feels his soul smiling with relief, and his heart as light as a feather.

And then his sight is filled with black.

Fin.

0 comments: